Minggu, 16 Januari 2011
Planet Baru "Mirip Bumi" Berlimpah Air
Planet Baru "Mirip Bumi" Berlimpah Air
Minggu, 20 Desember 2009 15:02 WIB | Iptek | Sains | Dibaca 84584 kali
Jakarta (Antara News) - Penemuan "dunia tirta" baru (planet serupa Bumi yang berlimpah air) yang mengorbiti satu bintang dalam jarak 40 tahun cahaya menjadi planet pertama yang diketahui mirip Bumi dan membuat manusia menjadi cukup dekat untuk bisa mengendus atmosfernya, kata para astronom seperti dikutip jurnal Nature.
Dinamai GJ 1214b, ukuran planet ini hanya sekitar 2,7 kali ukuran Planet Bumi dengan massa kira-kira 6,5 kali lebih berat dari Bumi.
Berdasarkan berat jenisnya, para ilmuwan mengira GJ 1214b mengandung 3/4 air likuid dengan inti padat dari besi dan nikel serta atmosfer hidrogen dan helium yang merupakan mirip dengan Bumi.
Namun dalam banyak cara lainnya, planet ini adalah "binatang kejam yang sangat berbeda" dari Bumi yang kita tinggali, kata para ilmuwan.
"Pada dasarnya ini adalah satu samudera luas," kata kepala peneliti David Charbonneau dari Pusat Astrofisika Smithsonian, Universitas Harvard, Cambridge, Massachusetts.
"(Di planet ini) tidak ada satu pun benua yang mengambang di atas atau menyeruak dari air."
Lebih dari itu, GJ 1214b lebih panas dibandingkan Bumi dan atmosfernya sepuluh kali lebih tebal dibandingkan planet kita, kata para peneliti.
Hal ini mungkin membuat apapun sulit untuk hidup seperti selama ini kita ketahui. Untuk para pemula, tekanan atmosfer terhadap permukaan planet itu besar sekali dan cahaya yang sangat sedikit sulit menembus kabut demi mencapai samudera planet tersebut.
Planet baru menyerupai Bumi ini tetaplah sangat asing.
Planet Super-Earth baru itu ditemukan dengan menggunakan proyek MEarth, satu unit perangkat teleskop kecil berbasis di Bumi yang digunakan untuk mendeteksi perubahan dari menit ke menit dari kekuatan cahaya bintang-bintang merah nan redup yang disebut dengan M dwarfs (bintang cebol).
Kelipan periodik cahaya bintang bisa disebabkan oleh planet-planet yang secara terpisah transit atau mengitari bintang-bintangnya. Karena bintang cebol M dwarfs lebih buram ketimbang bintang-bintang seperti Matahari, maka menjadi lebih mudah menjejak pengurangan kekuatan cahaya yang disebabkan oleh planet-planet seukuran Bumi yang lebih kecil massanya.
Kendati GJ 1214b tidak langsung terlihat, perubahan pasti dalam cahaya bintang karena jejak perjalanannya, memungkinkan para astronom bisa menakar ukuran dan massa planet tersebut, yang nantinya menawarkan petunjuk-petunjuk terhadap komposisi planet itu.
Dan karena dunia tirta begitu dekat ke Bumi, demikian Charbonneau, teleskop optik yang berbasis di antariksa seperti Hubble atau Kepler bisa seharian digunakan untuk mengendus kandungan kimia pasti dari atmosfer planet serupa Bumi itu.
"Sejumlah cahaya dari bintang cebol itu menembus atmosfer planet serupa Bumi tersebut (seperti cahaya Matahari menembus Bumi), dan menempel pada fitur-fitur atom dan molekul apa saja yang ada," kata Charbonneau.
Secara keseluruhan, penemuan ini adalah "pencapaian yang menjadi tonggak" yang bisa menutup kesenjangan ilmiah dalam planetologi, kata Greg Laughin, ilmuwan astrofisika pada Universitas California, Santa Cruz, yang tidak terlibat dalam penelitian itu.
"Saya selalu membayangkan seperti apakah bentuk planet bermassa enam kali dari Bumi itu. Kini kita mengetahuinya. Planet itu benar-benar sangat berbeda dari sistem tata surya kita," kata Laughlin. (*)
Sumber: laman National Geographic dan Jurnal Nature.
Penemuan Planet Baru yang Bisa Ditempati
Penemuan Planet Baru yang Bisa Ditempati
PARA astronom menyatakan bahwa mereka akhirnya menemukan suatu tempat baru di luar tata surya yang dapat ditinggali oleh manusia. Hanya, saat ini, alam di tempat baru tersebut sangatlah keras, termasuk suhunya yang sangat panas.
Hal tersebut terkuak ketika para ilmuwan luar angkasa tersebut menjelajah luar angkasa dan menemukan 300 lebih planet di luar tata surya kita. Meskipun pada umumnya berbentuk bola gas yang tidak padat, namun tim astronom asal Eropa telah mengkonfirmasikan bahwa mereka menemukan sebuah planet, planet Corot-7b, yang padat berbatu di luar tata surya.
Pentingnya batuan di sebuah planet baru merupakan syarat mutlak bagi para astronom sebelum merekomendasikannya dapat ditinggali oleh penduduk bumi. "Alasannya, seluruh manusia pada dasarnya hidup di atas batu," ujar Direktur Fasilitas Observatori Thuringer di Jerman, Artie Hartzes.
Namun, Artie juga menambahkan bahwa suhu di planet Corot-7b sangatlah panas. "Diandaikan, planet tersebut sedikit terlalu dekat dengan mataharinya," ujar Aertie. Bila saja tidak sepanas itu, sudah mutlak planet tersebut siap untuk ditinggali.
Artie menyatakan bahwa suhu di planet Corot-7b mencapai 3.600 derajat Fahrenheit atau hampir 2.000 derajat Celcius. Planet tersebut berotasi dalam durasi 20 jam dengan kecepatan hampir 750 ribu km/jam. Bobotnya diyakini lima kali lipat bobot bumi. "Memang panas. Planet Corot-7b disebut planet lava," tambah Artie.
Penemuan planet tersebut diyakini sebagai penemuan besar dalam usaha menemukan tempat hidup selain di bumi ini. Meskipun belum mampu merekomendasikan penduduk bumi untuk pindah ke planet tersebut, diyakini penemuan planet Corot-7b akan menyemangati para astronom untuk menemukan planet-planet lain yang dapat ditinggali oleh penduduk bumi.
Biogas
Arti Biogas
Rudi Pramana, Senin, 06 Desember 2010 Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikrooraganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen Biogas antara lain sebagai berikut : 60% CH4 (metana), 38% CO2, dan 2% gas N2, H2, H2S dan O2. Biogas dapat dibakar seperti LPG dalam sekala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbaharukan. Sumber energi biogas yang utama yaitu kotoran ternak sapi, kerbau, babi dan kuda.
Gambar: Sistem Instalasi Biogas
Jenis bahan organik yang diproses sangat mempengaruhi produktivitas sistem biogas. Bahan yang biasa digunakan antara lain bis, semen, pralon, plastik dan drum. Faktor-faktor lainnya seperti temperatur digester atau ruangan tertutup kedap udara, pH, tekanan udara serta kelembaban udara turut berpengaruh.
Manfaat Biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan utuk memasak kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar). Biogas dalam skala besar dapat digunakan sebagai pembangkit listrik. Proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian.
Gambar: Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi sebagai Alternatif untuk Mencapai Swadaya Energi
Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi sebagai Alternatif untuk Mencapai Swadaya Energi
Pada beberapa tahun terakhir istilah Biogas memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat kita. Telah banyak terobosan teknologi tepat guna yang diciptakan baik kalangan insiyur, akademisi maupun masyarakat umum untuk pemanfaatan salah satu energi alternatif terbarukan ini. Bahkan sebagian masyarakat pedesaan di beberapa propinsi, terutama para peternak sapi telah menggunakan teknologi ramah lingkungan ini sebagai pemenuhan kebutuhan bahan bakar sehari-hari. Dengan kata lain, mereka telah berhasil mencapai swadaya energi dengan tidak lagi menggunakan minyak tanah untuk memasak, bahkan juga untuk penerangan.
Walaupun telah banyak informasi yang beredar mengenai Biogas dan dapat dengan mudah diakses melalui berbagai macam media, namun saya tetap berusaha membuat tulisan ini dan posting di blog sebagai jawaban dari saran salah satu rekan blogger senior.
Biogas merupakan salah satu dari jenis biofuel, bahan bakar yang bersumber dari makhluk hidup dan bersifat terbarukan. Berbeda dari bahan bakar minyak bumi dan batu bara, walaupun proses awal pembuatannya juga dari makhluk hidup, namun tidak dapat diperbaharui karena pembentukan kedua bahan bakar tersebut membutuhkan waktu jutaan tahun. Biofuel sendiri merupakan salah satu contoh biomassa. Sesuai dengan namanya, Biogas adalah bahan bakar berbentuk gas.
Paling tidak, ada dua macam Biogas yang dikenal saat ini, yaitu Biogas (yang juga sering disebut gas rawa) dan Biosyngas. Perbedaan mendasar dari kedua bahan diatas adalah cara pembuatannya. Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi biogas didominasi oleh gas metana (CH4) 60%-70%, karbondioksida 40%-30% dan beberapa gas lainnya dalam jumlah yang lebih kecil. Sedangkan Biosyngas (atau lebih sering disingkat Syngas atau Producer Gas) adalah produk antara (intermediate) yang dibuat melalui proses gasifikasi thermokimia dimana pada suhu tinggi material kaya karbon seperti batubara, minyak bumi, gas alam atau <b>biomassa<b> dirubah menjadi karbon monoksida (CO) dan hidrogen (O2). Apabila bahan bakunya batubara, minyak bumi dan gas alam, maka disebut Syngas, sedangkan jika bahan bakunya biomassa maka disebut Biosyngas. Biosyngas dapat digunakan langsung menjadi bahan bakar atau sebagai bahan baku untuk proses kimia lainnya.
Pada prinsipnya, pembuatan Biogas sangat sederhana, hanya dengan memasukkan substrat (kotoran ternak) ke dalam digester yang anaerob. Dalam waktu tertentu Biogas akan terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas atau listrik. Penggunaan biodigester dapat membantu pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran ternak untuk memproduksi Biogas dan diperoleh hasil samping (by-product) berupa pupuk organik. Selain itu, dengan pemanfaatan biodigester dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi energi gas bio.
Sebagaimana kita ketahui, Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas CO2 memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian masalah global.
Potensi kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan Biogas sebenarnya cukup besar, namun belum semua peternak memanfaatkannya. Bahkan selama ini telah menimbulkan masalah pencemaran dan kesehatan lingkungan. Umumnya para peternak membuang kotoran sapi tersebut ke sungai atau langsung menjualnya ke pengepul dengan harga sangat murah. Padahal dari kotoran sapi saja dapat diperoleh produk-produk sampingan (by-product) yang cukup banyak. Sebagai contoh pupuk organik cair yang diperoleh dari urine mengandung auksin cukup tinggi sehingga baik untuk pupuk sumber zat tumbuh. Serum darah sapi dari tempat-tempat pemotongan hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, selain itu dari limbah jeroan sapi dapat juga dihasilkan aktivator sebagai alternatif sumber dekomposer.
Jika dibandingkan dengan bahan bakar nabati lainnya, nilai kalori Biogas sangat tinggi, yaitu sebesar 15.000 KJ/Kg jika dibandingkan dengan arang (7.000 KJ/Kg), kayu (2.400 KJ/Kg) bahkan minyak tanah (8.000 KJ/Kg). Oleh sebab itu, aplikasi penggunaan biogas bisa dikembangkan untuk memasak dan penerangan (menghasilkan listrik).
Bagaimana membuat Biogas dari kotoran sapi?
Sebagaimana telah diterangkan diatas, membuat biogas dengan kotoran sapi cukup mudah. Hanya dengan memasukkan kotoran sapi kedalam digester anaerob, dan mendiamkannya beberapa lama, Biogas akan terbentuk. Hal ini bisa terjadi karena sebenarnya dalam kotoran sapi yang masih segar terdapat bakteri yang akan men-fermentasi kotoran tersebut. Tanpa dimasukkan ke dalam digester pun biogas sebanarkan akan terbentuk pada proses dekomposisi kotoran sapi, namun prosesnya berlangsung lama dan tentu saja biogas yang dihasilkan tidak dapat kita gunakan.
Ada tiga jenis digester yang telah dikembangkan selama ini, yaitu:
- Fixed dome plant, yang dikembangkan di china,
- Floating drum plant, yang lebih banyak dipakai di India dengan varian plastic cover biogas plant, dan
- Plug-flow plant atau balloon plant yang banyak digunakan di Taiwan, Etiopia, Kolombia, Vietnam dan Kamboja. Jenis ini juga yang banyak digunakkan oleh petani kita di daerah Lembang dan Cisarua.
Bagian-bagian pokok digester gas bio adalah:
- bak penampung kotoran ternak,
- digester,
- bak slurry,
- penampung gas,
- pipa gas keluar,
- pipa keluar slurry,
- pipa masuk kotoran ternak.
Fixed dome plant
Pada fixed dome plant, digesternya tetap. Penampung gas ada pada bagian atas digester. Ketika gas mulai timbul, gas tersebut menekan slurry ke bak slurry. Jika pasokan kotoran ternak terus menerus, gas yang timbul akan terus menekan slurry hingga meluap keluar dari bak slurry. Gas yang timbul digunakan/dikeluarkan lewat pipa gas yang diberi katup/kran.
Keuntungan: tidak ada bagian yang bergerak, awet (berumur panjang), dibuat di dalam tanah sehingga terlindung dari berbagai cuaca atau gangguan lain dan tidak membutuhkan ruangan (diatas tanah).
Kerugian: Kadang-kadang timbul kebocoran, karena porositas dan retak-retak, tekanan gasnya berubah-ubah karena tidak ada katup tekanan.
Floating drum plant
Floating drum plant terdiri dari satu digester dan penampung gas yang bisa bergerak. Penampung gas ini akan bergerak keatas ketika gas bertambah dan turun lagi ketika gas berkurang, seiring dengan penggunaan dan produksi gasnya.
Keuntungan: Tekanan gasnya konstan karena penampung gas yang bergerak mengikuti jumlah gas. Jumlah gas bisa dengan mudah diketahui dengan melihat naik turunya drum.
Kerugian: Konstruksi pada drum agak rumit. Biasanya drum terbuat dari logam (besi), sehingga mudah berkarat, akibatnya pada bagian ini tidak begitu awet (sering diganti). Bahkan jika digesternya juga terbuat dari drum logam (besi), digeseter tipe ini tidak begitu awet.
Baloon plant
Konstruksi balloon plant lebih sederhana, terbuat dari plastik yang pada ujung-ujungnya dipasang pipa masuk untuk kotoran ternak dan pipa keluar peluapan slurry. Sedangkan pada bagian atas dipasang pipa keluar gas.
Keuntungan: biayanya murah, mudah diangkut, konstruksinya sederhana, mudah pemeliharaan dan pengoperasiannya.
Kerugian: tidak awet, mudah rusak, cara pembuatan harus sangat teliti dan hati-hati (karena bahan mudah rusak), bahan yang memenuhi syarat sulit diperoleh.
Siapakah orang yang mempopulerkan penggunaan Biogas di kalangan peternak sapi kita? Tidak lain adalah Andrias Wiji Setio Pamuji. Beliau adalah alumni Jurusan Teknik Kimia ITB. Andrias pada saat kuliah melakukan penelitian dengan pembuatan reaktor digester sederhana pembuatan Bioagas dan pernah menang dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa tahun 2002. Dari hasil pengembangan penelitiannya tersebut, pada tanggal 9 April 2005 mulai memasarkan reaktor ciptaanya tersebut ke kalangan petani dan peternak sapi di daerah Lembang dan Cisarua. Saya baru ingat, kalau ternyata kunjungan lapangan yang saya lakukan pada awal tahun 2006 yang lalu dalam rangka melihat langsung pembuatan reaktor digester biogas dan aplikasinya langsung di masyarakat, pernah mampir ke workshop beliau di daerah Kabupaten Bandung (saya lupa namanya, hehe…) dan sempat bicara panjang lebar dengan beliau…
Sabtu, 15 Januari 2011
Muhammad Thoha: “Habibie dari Selokan Mataram” yang Ahli Aeromodelling
Muhammad Thoha: “Habibie dari Selokan Mataram” yang Ahli Aeromodelling
Muhammad Thoha bukanlah lulusan sarjana teknik, melainkan hanya orang biasa lulusan SMA yang berprofesi sebagai pekerja percetakan dan giat menekuni aeromodelling. Di balik kesederhanaan itu, bukanlah menjadi penghalang bagi dirinya untuk berkarya. Lelaki berusia 60 tahun itu hebat, tekun, dan memiliki semangat yang luar biasa. Bahkan, karya-karyanya tidak kalah bersaing dengan hasil karya orang yang memang mempelajarinya secara formal.
Rumah sederhananya di Condong Catur, Sleman, DI Yogyakarta dipenuhi tumpukan buku, seperangkat komputer, alat-alat rakit elektronik biasa, dan mesin jilid buku. Tak mengherankan kalau banyak orang menyebutnya sebagai bengkel kerja (workshop) ketimbang rumah karena setiap sudutnya dipenuhi barang-barang tersebut.
Kendati demikian, Thoha kerap didaulat menjadi pembicara oleh seorang profesor di depan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan topik aeromodelling, yaitu pesawat model yang lebih berat dari udara dengan ukuran-ukuran terbatas, mempunyai mesin, dan tidak dapat diawaki atau membawa manusia.
Uniknya, dengan barang-barang yang dimiliki seadanya itu dan wawasan pengetahuan autodidak, pria ini telah mengantarkan tim mahasiswa UGM menjadi juara II pada salah satu kategori kompetisi teknologi tepat guna kemahasiswaan se-Indonesia.
Pak Thoha, sosok yang tidak mudah menyerah pada keadaan. Meski tanpa pendidikan aeromodelling, ia bisa menciptakan karya aeromodelling yang bermanfaat. Tidak hanya itu, Pak Thoha juga amat piawai memanfaatkan barang bekas. Salah satunya pesawat aeromodelling dari gabus, yang ada kameranya.
Pak Thoha dengan komunitasnya, Seribu Bintang, menciptakan sebuah pesawat tanpa awak yang memiliki sistem navigasi dan dilengkapi dengan sistem unmanned aerial vehicle (UAV). Pesawat itu biasa digunakan untuk kepentingan riset, survei, atau pesawat mata-mata militer. Selain itu ia juga membuat water rocket, tricopter, dan sebagainya.
Thoha tidak segan berbagi ilmu. “Dia banyak diminta menjadi pembicara atau memberikan pelatihan membuat pesawat aeromodelling.” Ia sosok jenius dengan keterbatasannya, tapi mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Kisah Pak Thoha didokumentasikan Danang Cahyo Nugroho & Dendi Pratama dalam film berjudul “Habibie dari Selokan Mataram” dan jadi Finalis Eagle Awards Documentary Competition 2010.
Miftah penemu senjata elektrik
SISWA SMA SIDOARJO BUAT PROTOTIPE SENJATA ELEKTRONIK TANPA SUARA
Jakarta, 3/9/2009 (Kominfo-Newsroom) – Seorang siswa SMAN I Sidoarjo, Jawa Timur, berhasil membuat prototipe senjata elektronik murah tanpa suara sebagai alternatif pengganti senjata api TNI/Polri, dan keberhasilannya itu telah menghantarkan dirinya menjadi juara II Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) 2009.
Siswa tersebut, Miftah Yama Fauzan, dalam LPIR yang diadakan pada bulan Agustus 2009 tersebut mengajukan penelitian mengenai senjata elektronik dengan biaya murah untuk merebut juara II di bidang fisika, mesin, dan elektro.
”Senjata elektronik murah dan tanpa suara tersebut modelnya mirip pistol, tapi amunisinya bisa menggunakan logam apa saja, dan tidak pakai bahan peledak karena sistemnya 100 persen elektronikal,” kata Miftah saat dihubungi pertelepon dalam siaran iptek voice di Kemeneg Ristek, Jakarta, Kamis (3/9).
Senjata tersebut saat digunakan menembak tidak mengeluarkan suara, dan prototipe yang dibuatnya itu memiliki jarak tembak efektif maksimal 15 meter. ”Proyektilnya boleh apa saja yang penting dari logam yang bisa dipakai dengan elektro magnit,” katanya.
Dalam lomba penelitian ilmiah remaja (LPIR) 2009 tersebut, ia memilih tema
senjata elektronik murah tanpa suara, karena akhir-akhir ini ia mendengar informasi sering ada kecelakaan pesawat TNI akibat kurangnya anggaran untuk perawatan pesawat-pesawat tersebut.
Ia mengatakan, dengan pembuatan senjata elektronik tanpa suara ini diharapkan dapat menghemat anggaran, karena biayanya jauh lebih murah dari senjata yang dipakai oleh TNI/Polri sekarang.
Mengenai pembuatan senjata tersebut persiapannya tidak sulit, pembuatan hardwarenya dan lain-lain semuanya
tidak ada masalah, hanya pada waktu lomba tersebut pembuatan proposalnya saja yang agak kesulitan.
Menurutnya, pembuatannya dilakukan sendiri, sedangkan mengenai rumus-rumus, kecepatan peluru, energi untuk penembakan semua dicari di internet. Uji coba sudah pernah dilakukan dengan sasaran tembak kaca berketebalan 2 mm, dan kacanya pecah. Bentuk pelurunya mirip paku tumpul, diameternya 0,5 cm dan panjangnya 2 cm.
Disebutkan, senjata itu kalau dipakai sasarannya bisa untuk melumpuhkan atau mematikan, karena kekuatannya bisa diatur. Misalnya kalau Polri untuk menangkap penjahat kekuatannya bisa diturunkan, karena mungkin hanya untuk melumpuhkan saja, tetapi kalau kondisi perang, misalnya, maka pelurunya bica dikencangkan lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)